Kabupaten Tanah Bumbu

Ingin Membuat Trichokompos? Ini Caranya !

0

Tanah Bumbu, REPORTASE9.COM – Petani Desa Lasung, di bawah bimbingan Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Bumbu, mengikuti materi dan praktek pembuatan Trichokompos, Senin (26/07).

Trichokompos sendiri ungkap Supriadi selaku Koordinator BPTH Kalsel, bertujuan untuk mengatasi kelangkaan pupuk, serta mampu mengurangi penggunaaan bahan kimia (pupuk kimia dan pestisida), penerapan kerja yang bersifat ramah lingkungan (pertanian organik).

Trichokompos menurutnya, merupakan salah satu bentuk pupuk organik kompos yang mengandung jamur antagonis Trichoderma sp.

Dalam proses pembuatan pupuk kompos, biasanya memanfaatkan bakteri pengurai atau dekomposer untuk mempercepat proses pelapukan seperti EM4 atau MOL.

Supardi mengungkapkan, bahwa kali ini hasil yang diharapkan ialah petani mampu memanfaatkan bahan organik, menghasilkan padi tanpa kandungan unsur kimia yang bisa meminimalisir kerugian dalam segi harga dan kulitas tanaman menjadi lebih meningkat.

“Kemarin kan materinya, petani belajar penanganan hama dan penyakit, kemudian bagaimana tehnik pengendaliannya, menangani musuh alami tanaman serta konsep pengendalian hama terpadu (KPHT),” ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa Trichokompos sebagai pengendalian penyakit menggunakan pupuk organik yaitu berupa jamur yang memiliki senyawa organisme di dalamnya, pengaplikasian pada waktu pagi hari atau sore hari, selain itu petani juga bisa lebih produktif membuat pupuk untuk ladangnya sendiri, maupun pupuk tersebut juga bisa dijadikan ide penjualan.

“Ada semangat bikin ini, bisa jadi usaha. Pupuk itu kan dalam bentuk jamur, jadi gunakan pada waktu pagi hari atau sore, jamur adalah senyawa makhluk hidup, jangan dipakaikan tengah hari karena bisa mati. Perlindungan tanaman ini kan sifatnya organik, harga beras otomatis bisa lebih mahal karena tidak terkandung bahan kimia,” kata Supardi. 

Pembuatan Trichokompos lanjutnya, dengan komposisi bahan organik sebagai berikut, yaitu jerami/daun jerami/batang jerami yang di haluskan buat dicacah 5 lapis, enceng gondok/ilung/gamal/sebuk gergaji kayu lemah (sebagai pengganti bahan).

“Setelah itu, tabur kapur, kasih kan pupuk kandang, bio trichoderma/bio konversi dan air (secara merata). Tunggu selama 12 hari, kemudian balik bahan tersebut menggunakan cangkul, lalu kembali tutup lagi sampai 18-20 hari dan sudah siap pakai di lapangan,” paparnya.

Sementara untuk perbanyakan Trichoderma, Supriadi menyampaikan, diperlukan bahan bahan berikut, beras, kentang, Tricho Kompos, Trico cair.

“Dengan bahan dan proses lain yaitu gunakan cawan petri, kasih media agar-agar, jamur bisa dibuat juga dari kelapa yang di buang air nya lalu di tanam dalam tanah, kemudian hasil jamur akan tumbuh dan memiliki warna hijau,” cetusnya.

Supardi menerangan, bahwa pernah terjadi kasus dimana petani kebanyakan menggunakan bahan kimia, kemungkinan defisiensi atau kahat unsur hara jadi kena virus tongro, menyebabkan tanah akan jenuh, zat-zat dalam tanah tidak terurai secara baik, bukan karena serangan hama, karena fisiologis penyakit unsur talium, sehingga tanaman menjadi kuning, oleh sebab itu maka nya petani kita diberikan wawasan pakai pupuk organik sebelum tanam.

Sekolah Lapang Itu Mencerdaskan Petani

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You may also like