Pemerintah Kabupaten Banjar dorong para petani dari enam desa kembangkan tanaman rempah dan biofarmaka untuk menjadi produk olahan lanjutan.
Ihwalnya, didaerah Kabupaten Banjar merupakan daerah yang cukup subur, sehingga tanaman rempah dan biofarmaka dapat tumbuh dan dikembangakan.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Banjar, Muhammad Fachry pengembangan aneka rempah dan biofarmaka di Kabupaten Banjar yang terpusat didua Kecamatan yakni Pengaron dan Sungai Pinang.
Pembudidayaan aneka rempah dan biofarmaka tersebut, dubudidayakan secara swadaya dan turun temurun, disebabkan karena permintaan komoditas hortikultura tersebut untuk bumbu dapur, kesehatan dan kecantikan.
Terkait akan hal tersebut, tambah Fachry, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banjar pun memberikan pelatihan pengolahan komoditas hortikultura kepada 25 petani milenial yang berasal dari enam desa, yakni Desa Kahelaan, Sumber Baru, Rantau Nangka, Sumber Harapan, Belimbing Lama dan Belimbing Baru.
Pelatihan tersebut untuk mensiasati ketika harga anjlok saat panen berlimpah, diantaranya pengolahan komoditas hortikultura menjadi massage oil berbahan rempah atau tananam biofarmaka, jahe dan kencur. Untuk kesehatan, spa dan relaksasi serta untuk kebutuhan pribadi keluarga.
“Saya berharap setelah mengikuti pelatihan tersebut petani dapat meningkat keterampilannya dalam usaha pengolahan hasil pertanian agar diterima oleh pasar, dan dapat memperpanjang daya simpan, mempertahankan kesegaran serta dapat dijadikan alternative ketika harga produk segarnya anjlok saat panen berlimpah,” tandas Fachry.
Sementara itu, Kepala Bidang Teknologi Pertanian Pengolahan dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banjar, Candra Dewi mengatakan tujuan utama pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penanganan pasca panen komoditas hortikultura khususnya tanaman biofarmaka.
Pelatihan ini juga, tambahnya, untuk mempercepat penyebaran informasi teknologi pasca panen, dan yang paling utama untuk mewujudkan desa percontohan one village one product atau satu desa satu produk unggulan.
“Petani milenial adalah petani yang berusia muda antara 19 – 39 tahun atau yang berjiwa milenial yang adaptif dalam pemahaman teknologi digital sehingga tidak kaku dalam melakukan mengadopsi teknologi,” imbuh Ida Fitriani selaku Kepala Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan dan Pemasaran Dinas TPH Banjar.
Ida mengatakan sudah berhasil memproduksi massage oil berbahan bunga melati, mawar dan kenanga. Sebagai narasumber adalah Nana Faridah, SP selaku praktisi dalam pembuatan produk-produk herbal dan telah sering mengikuti pelatihan pengolahan hasil pertanian baik di dalam maupun luar negeri.
Comments