Kota Banjarmasin

Kasus HIV/AIDS di Kota Banjarmasin Masih Tertinggi di Kalsel

0

BANJARMASIN, REPORTASE9.COM – Kasus penyakit Human Immunodeficiency Virus atau HIV/AIDS di Kota Banjarmasin masih tetap sama menduduki peringkat pertama dari sejumlah Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin sejak 5 bulan terakhir, terhitung dari Januari hingga Mei 2023 ini tercatat ada 60 kasus penderita HIV/Aids yang masih dalam penanganan.

Sementara data pada tahun 2022 kemaren. Kasus HIV/AIDS ini tercatat ada sekitar 275 kasus yang terjadi di Kota Banjarmasin.

Meskipun terbilang turun jauh. Namun status penanganan penyakit satu ini masih terbilang yang tertinggi di kota berjuluk seribu sungai ini dari kabupaten/kota tetangga lainnya.

Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Banjarmasin, dr. Hj Bandiyah Marifah MH menjelaskan persis jumlah data lain yang terjadi pada tahun 2020 hingga 2021.

Ia mengatakan, kalau didua tahun tersebut kasus penderita penyakit HIV/AIDS ini sempat mengalami penurunan. Namun dengan alasan kurangnya screening (pemeriksaan).

“Jadi kasus tersebut sempat menurun bukan berarti tidak ada kasus. Melainkan dikarenakan screening yang dilakukan kurang maksimal dikarenakan terhambat PSBB pada saat itu,” jelas Bandiyah, saat ditemui, Sabtu (10/6/2023).

Untuk itu, upaya penanganannya yang serius juga dibutuhkan. Salah satu tahapannya yakni melalui sosialisasi dan dilakukan screening.

“Sosialisasi ini menjelaskan tentang resiko HIV, lalu bagaimana hubungan seksual yang aman. Pastinya upaya ini juga melibatkan beberapa tokoh seperti LSM, warga masyarakat,” jelasnya.

“Kalau gender yang paling rentan kena penyakit ini adalah laki-laki, dan usia rata-rata produktif. Data yang tertinggi di Kalsel ada di Kota Banjarmasin karena jumlah penduduknya yang juga tertinggi,” katanya.

Bandiyah berharap, agar pengendalian kasus ini bisa menjadi komitmen bersama untuk perhatian pemerintah daerah dalam membantu penanganannya.

“Dengan perhatian khusus, gerakkan sosialisasi seperti screeningnya akan lebih nyaman dan berkembang. Komitmen ini juga ada udara dan nafas bagi populasi kunci, agar mereka bisa memeriksa dirinya ke pihak kesehatan. Lebihnya untuk memutuskan mata rantai HIV ini,” tutupnya.

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You may also like