Kabupaten Banjar

Pengrajin Musik Panting, Berharap Perhatian Dari Pemerintah

0
Musik Panting Khas Kalimantan Selatan (Foto : Azmi)

BANJAR, REPORTASE9.COM Pengrajin alat musik Panting yang merupakan generasi muda dari Desa 6 Takuti RT.01, Kecamatan Mataraman berusaha tetap mempertahankan dan melestarikan alat musik kesenian asli daerah Banjar agar tetap lestari, meski tidak diperhatikan oleh pemerintah daerah.

Alat musik Panting yang saat ini mulai kurang dikenal oleh generasi muda jaman sekarang. Karena pergeseran dan tergerusnya budaya asli Banjar, alat musik panting perlu terus dilestarikan, serta dilihat oleh seluruh pihak bahwa ini adalah budaya Banjar yang penting dijaga.

Ahmad Busairi pemuda asli Desa Takuti saat ditemui di kediamannya Sabtu (20/11/2021) mengatakan, alat musik panting yang di produksi merupakan buatan tangan langsung dengan cara masih tradisional manual.

“Kita membuat alat musik Panting ini masih tradisional hanya menggunakan alat seadanya seperti kapak, pahat, palu dan alat seadanya,”jelasnya.

Busairi juga menerangkan kendala yang dialami dalam memproduksi sebuah panting saat ini adalah bahan baku kayu yang sekarang sulit didapatkan.

“Sekarang bahan baku kayu yang semakin sulit didapatkan karena hanya pohon-pohon tertentu saja yang bisa dijadikan bahan baku membuat Panting,”ungkapnya.

Ia juga mengalami kendala dalam pemasaran untuk alat musik panting yang diproduksinya di daerah Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Banjar. Apalagi minat masyarakat membeli alat musik panting rendah. Karena, saat ini ekonomi masyarakat memburuk. Bahkan dalam satu bulan terkahir ini hanya bisa menjual 5 buah alat musik panting dibandingkan tahun-tahun masa sebelumnya ada pandemi covid-19.

“Karena saat ini pemasaran alat musik panting kurang diminati oleh masyarakat asli daerah sendiri, sebab dianggap harganya mahal, itulah yang menjadi kendala apalagi harga yang kami jual pun terkadang masih di tawar murah, jadi dimana lagi kami untuk mencari untung dari hasil jerih payah pengrajin membuat alat seni musik panting,” paparnya.

Busiri juga berharap pemerintah Kabupaten Banjar atau instansi terkait bisa memberikan perhatian kepada para pengrajin alat musik Panting yang hingga saat ini terus berjuang, bahkan sampai banting setir dalam membuat kerajinan lain dari kayu sisa dari membuat Panting.

“Setidaknya ada perhatian pemerintah dalam melihat kondisi pengrajin alat musik Panting seperti kami ini, karena sudah jarang ditemui yang mau tetap meneruskan budaya dan tetap melestarikan alat musik asli daerah Banjar di era jaman sekarang ini,” pungkasnya.

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You may also like