14 Desember 2019, tepat 4 tahun, salah satu putera terbaik banua wafat, ya, pada tanggal 27 januari 2016 atau 17 rabiul akhir 1437 Hijriyah, H Ahmad Makkie berpulang ke rahmatullah. Pria yang multi talenta, pria biasa yang menjadi luar biasa dalam perjalanan hidupnya.
Mengukir tinta emas dalam peta perjalanan Kalimantan Selatan, bahkan turut mewarnai peta perjalanan Negara Republik Indonesia.
Berikut perjalanan sang maestro, yang dinukil dari buku biografi H Ahmad Makkie yang berjudul ; Pengembara Dari Datar Alai.
SEBELUMNYA :
Hingga saat ini pasangan suami isteri itu telah dikaruniai enam orang putera yaitu Drs.H.Abdul Haris, MSi bekerja sebagai PNS, telah berkeluarga dan mempunyai empat orang anak; Drs. Ahmad Yani bekerja sebagai PNS telah berkeluarga dan mempunyai tiga orang anak; Drs.H.lbnu Anshari, MM bekerja sebagai PNS telah berkeluarga dan mempunyai tiga orang anak; Agus Islami telah berkeluarga dan berwiraswasta tinggal di Jakarta telah mempunyai dua orang anak; H.Fajar Safari, S.Sos bekerja sebagai PNS telah berkeluarga dan mempunyai dua orang anak; Damai Mediawan telah berkeluarga, berwirausaha dan mempunyai satu orang anak.
Pada tanggal 18 Agustus 1956, Makkie Magang di Kantor Camat Lampihong. Itulah awal mula kariernya sebagai pegawai negeri. Pekerjaan tersebut diperolehnya atas kebaikan pamannya H.Junaihan yang sebelumnya telah bekerja di kantor tersebut. Camat Lampihong, Anang Hasan orang Amuntai sangat baik pada Makkie, ia menerima upah sebesar Rp.75,-sebulan. Di kantor itu ia diberi pekerjaan membuat amplop dari kertas surat-surat yang tidak terpakai lagi.
Rekan sekantor yang masih diingatnya adalah Masran, Kodrat, Asmail, Yusuf, dan Masrah. Di Lampihong ia mengajar mengaji di rumah Asmail, orangtua dari Mahyudin yang kini telah menjadi qari tunanetra terkenal di Banjarmasin.
Pada awal tahun 1957, ia diangkat menjadi pegawai harian pada Kantor Wedana Balangan dan diberi honor Rp. 6,- sehari. Wedana M.Suni memberi tugas tambahan kepada Makkie sebagai pemegang Rumah Pos dan diberi honor sebesar Rp.96,06 sebulan oleh Kantor Pos Amuntai. Setiap hari Senin dan Kamis Makkie mengayuh sepeda dari Paringin ke Amuntai menempulh jarak 31 kilometer untuk mengantar dan mengambil surat-surat. Sore harinya Makkie membagikan surat surat itu ke alamat masing-masing. Di kantor Pos Amuntai, ia berkenalan dengan M.Said dan Maseran yang kemudian menjadi muridnya mengaji.
Ketika bekerja di Kantor Wedana Balangan, usianya baru 18 tahun. Mula-mula ia kost di rumah keluarga A.Rivai kemudian pindah ke rumah Suriansyah yang sehari-hari dipanggil Pak Sawah, Panggilan itu melekat karena pekerjaan beliau adalah sebagai Mantri Tani.
Beberapa waktu kemudian ia bergabung satu rumah dengan Abdurrahman (alm). Lulusan APDN Malang itu, baru saja menikah. Makkie bersebelahan kamar dengan pengantin baru itu. “Biarkan mereka menikmati bulan madunya”ujar Makkie menjawab gurauan teman-temannya. Abdurrahman terakhir menjabat sebagai Walikota Banjarbaru, kini ia telah tiada.
Wedana M.Suni, lulusan OSVIA Makasar, adalah sosok pamong praja yang tegas dan berani, ia selalu memakai dasi dan berkemeja lengan panjang. Terakhir ia menjabat sebagai Residen di Irian Barat. Kini ia telah almarhum.
Makkie tidak lama bertugas di Balangan. la pindah ke Amuntai memenuhi kawat dari Dewan Pemerintah Daerah HSU tanggal 13 April 1959. Wedana M.Suni dengan berat hati melepas Makkie, si pengantar surat itu dilepas dalam sebuah acara perpisahan yang dihadiri oleh para pegawai dan pemuka masyarakat. Perpisahan itu sangat istimewa karena belum pernah dilakukan sebelumnya.
Terhitung tanggal 1 Juli 1959 Makkie diangkat sebagai Juru Ketik di kantor DPD HSU dengan gaji pokok sebesar Rp.177,-. Di Kantor DPD HSU, Makkie di tempatkan di Bagian Tikrey kemudian pindah ke Bagian Umum, lalu ke Bagian Keuangan dan terakhir di Bagian Humas dan Protokol.
Pada tahun 1959 Kepala Daerah HSU dijabat oleh Rahmadi. Di sanalah Makkie berkenalan dengan H.Abdulazis yang kelak menjadi Bupati Barito Kuala, Abdullah Hanafiah, A.Kurdi Yusni sebagai staf Kepala Daerah, dan Drs.Syahrir Y.Pamuncak yang menjabat sebagai Kepala Kantor Statistik.
Abdullah Hanafiah, kemudian menjadi Sekda HSU dan terakhir menjadi Sekretaris DPRD Provinsi Kalimantan Selatan hingga pensiun. A.Kurdi Yusni pada era Bupati Masconi (1965) menjadi Ketua DPRD HSU dan terakhir menjadi anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan Drs.Syahrir Y.Pamuncak sempat menjadi Kepala Inspektorat Wilayah Provinsi, Ketua Bappeda Provinsi, dan Sekwilda Provinsi Kalimantan Selatan.
Bupati (Kepala Daerah) Hulu Sungai Utara Rahmadi kemudian digantikan oleh Masconi, selanjutnya Bihman Villa, kemudian Nursasi Hasbullah Dharma.
Dalam masa kepemimpinan Bupati Dharma (1971 – 1974), Makkie mendirikan Radio Siaran Pemerintah Daerah. Makkie sebagai Kepala Studio dibantu oleh A.Rista Fary, Hamdani Hamda, Kamarul Hidayat, Isransyah, Nurdin U, dan M.Rusli yang bertugas sebagai penyiar dan redaktur. Sedangkan Ardiansyah, Muhammad, dan Rusli Masri bertugas sebagai teknisi.
Di samping itu Makkie bersama Amir Husaini Zamzam menerbitkan Buletin Pemda HSU yang diberi nama Warta Daerah. Bulletin tersebut terbit dua kali sebulan. Anak Pondok itu sempat menjadi anggota DPRD HSU hasil Pemilu 1971 mewakili unsur Kesatuan Aksi.
Tidak lama setelah pergantian Bupati HSU dari Nursasi Hasbullah Dharma kepada Bihman Villa, Makkie diperbantukan pada Kantor Gubernur Kalimantan Selatan terhitung sejak tanggal 1April 1974, sesuai dengan Nota Kilat Gubernur Kalimantan Selatan tanggal 23 Maret 1974. Kepindahannya yang mendadak ke Banjarmasin, belakangan diketahui adalah atas inistiatif Gusti Saputera dan Haji Gusti Thamrin.
Di Kantor Gubernur mula-mula ia diperbantukan pada Staf Ajudan, di sana ia berkenalan dengan Gt.Zulfikar, Gt.Aidi, Gt.Arifin, Noor Aidi, Mansyah.B., Hadi Sofyan, Gt.Afiat, Tri Budi, dan lain-lain. Para petinggi Kantor Gubernur yang sempat dikenalnya pada waktu itu ialah Drs.Chalid Maksum, Ir.H.M.Said, Drs.Gusti Hasan Aman, A.Sadieli H.M.Zain, Hamli Carang, Zainal Bachrin Noor, Abdul Gafar Hanafiah, Drs.Fadlullah Thaib, Drs.Horman Bachtiar, dan Said Hasyim.
Makkie yang pada waktu itu belum mempunyai status dan jabatan ditugaskan membantu kegiatan PKK yang dipimpin oleh Ibu Syahrizada Subardjo. Oleh karena itu, ia banyak mengenal ibu-ibu isteri pejabat seperti ibu Chalid Maksum, Ibu Said, Ibu Zain, Ibu Gafar, Ibu Suriansyah, Ibu Baderun Aran, Ibu Hamli, Ibu Masconi, Ibu Bahrin, dan ibu Darto.
Pada malam hari biasanya para ajudan berkumpul di paviliun. Bila tidak ada tugas yang dikerjakan, mereka bermain kartu (remi). Kadang-kadang pak Bardjo ikut bergabung. Bila perut terasa lapar mereka makan mie goreng di Jalan Bali atau di Pasar Lama. Di Gubernuran Makkie sering bertemu dengan M.Rafi’i Hamdi yang menjadí penghubung Gubernur Subardjo dengan alim ulama.
Di lingkungan Gubernuran Makkie diberikan sebuah rumah dinas. Sebelumnya ia menumpang di rumah orang tuanya di Komplek Damai Teluk Dalam. Dalam rangka perluasan Kantor Gubernur, rumah dinas tersebut dibongkar. Bongkaran rumah tersebut diberikan oleh Gubernur kepada Makkie. Dengan gembira ia menerima pemberian tersebut dan membangun sebuah rumah sederhana di Komplek Damai, Itulah untuk pertama kalinya Makkie mempunyai rumah milik sendiri.
Berkesenian
Sejak di Balangan Anak Pondok itu ikut berkesenian. Ia bergabung dengan Orkes Delima pimpinan Abdul Galib. Di samping itu, Makkie juga ikut main drama di bawah asuhan Asnawi Gobet (alm). Tiap malam Senin (malam pasar) diadakan pertunjukan sandiwara di Los Pasar Paringin. Pada waktu bertugas di Amuntai ia masih ikut main drama di bawah asuhan Yusni Antemas, kemudian ia bergabung dengan Lesbumi sebuah organisasi otonom partai Nahdlatul Ulama.
Pada tahun 1973 Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Selatan mengadakan Pekan Kesenian di Amuntai. Makkie ditunjuk menjadi Ketua Panitia Penyelenggara. Pekan Kesenian tersebut dihadiri oleh Dirjen.Kesenian Departemen P dan K DR.Ida Bagus Mantra dan budayawan Satya Graha Hoerip dan dibuka resmi oleh Gubernur Subardjo. Makkie kemudian bergabung dalam Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Selatan pimpinan Anang Adenansi. Melalui organisasi ini ia berkenalan dengan seniman-seniman senior seperti Anang Ardiansyah, Yustan Azidin, Ajim Arijadi, Andi Amrullah, Ayamuddin Tifani, Hijaz Yamani, Adi Maswardi, Horman Helena, Saberi Hermantedo, Bachtiar Sanderta dan lain-lain.
Ketika bertugas sebagai Bupati Tapin, ia mendapat penghargaan dari Gubernur Ir.H.M.Said sebagai Pembina Seni. Penghargaan tersebut diberikan atas jasa-jasanya menghidupkan kembali kesenian tradisional Musik Panting.
Dalam dua periode kepemimpinan Makkie sebagai Ketua Dewan Kesenian Kalimantan Selatan (1994-2004), para seniman Kalimantan Selatan telah mengusung berbagai Pergelaran, Pertunjukan, Festival, Pameran, Pelatihan, Penyuluhan, Sarasehan, Lokakarya, Diskusi dan Dialog, Kajian, Penerbitan dan Pertukaran Duta Seni.
Pemberian hadiah seni yang telah dirintis oleh pengurus terdahulu dilanjutkan dan ditingkatkannya bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, Makkie yang berlatar belakang pesantren itu, ikut mendorong pengembangan kesenian Islami antara lain, Festival Maulid Habsy, Qasidah Maulid Tarbang, Gema Takbir, Panggung Hiburan Tahun Baru Islam, Tadarus Puisi Islami. Bersama Yustan Azidin, Andi Amrullah, Hijaz Yamani ia menerbitkan Bulletin Bandarmasih sebagai media kesenian dan kebudayaan Banjar (1994).
Kerjasama Makkie dengan Drs.H.Syamsiar Seman (1996) berhasil merampungkan buku Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar yang dicetak dua jilid, diterbitkan oleh Dewan Kesenian dan kini telah dicetak ulang (2006).
Jendela Tanah Air (1995) sebuah antologi puisi penyair Kalimantan Selatan berhasil diterbitkan dalam rangka menyambut 50 Tahun Indonesia Merdeka.
Drs.H.M.Taha dan Drs.H.Bachtiar Sanderta (2000) berhasil merampungkan Pantun Madihin Lamut.
Drs.Jarkasi dan DR.H.Jantera Kawi (2000) menulis Karakter Tokoh-tokoh Idaman Cerpen Banjar Moderen. Mereka berdua, berhasil pula menulis Kajian pada Fiksi dan Drama.
Drs.Jarkasi, menulis lagi tentang Mamanda yang dirampungkannyapada tahun 2002.
Dewan Kesenian Kalimantan Selatan, melangkah lebih jauh menerbitkan Tabloid Budaya yang diberi nama Wanyi. Wanyi yang dipimpin oleh Makkie, selain beredar di Kalimantan Selatan juga beredar di Jawa, Sumatera dan bahkan sampai ke Malaysia. Sayangnya, penerbitan itu hanya dapat bertahan dua setengah tahun, karena terhambat dana.
Pada tanggal 4-6 Agustus 1995 Dewan Kesenian Kalimantan Selatan mengadakan Pekan Seni dan Budaya di Taman Mini Indonesia Indah menampilkan Prosesi Perkawinan Adat Banjar, Tari-tarian Banjar, Mamanda, Madihin, Wayang, Pembacaan Puisi, Bapandung, Musik dan Lagu, Pameran Lukisan, serta Bagasıng.
Giliran berikutnya, Dewan Kesenian Kalimantan Selatan mengusung kegiatan Duta Seni Ganang Banua (1999), ke Tambilahan, Riau. Penduduk Tambilahan didominasi oleh keturunan Urang Banjar. Bahasa Banjar yang sudah hilang di Kalimantan Selatan, di sana masih digunakan, bahkan orang Cina yang berdagang di sana fasih berbahasa Banjar dengan dialek Kelua.
Di Taman Ismail Marzuki pada tahun 1999 diadakan Festival Budaya Nusantara. Dewan Kesenian Kalimantan Selatan mengirim Kesenian dan menampilkan pergelaran Mamanda.
Dalam acara Temu Teater X dan Munas Dewan Kesenian V di Yogyakarta. Sanggar Posko La-Bastari Kandangan tampil berpentas dan mendapat sambutan meriah.
Tim Kesenian Kalimantan Selatan melawat ke Malaka dan Malaysia, mengikuti Festival Gendang Nusantara pada bulan April 2000.
Dalam rangka Dialog Borneo VI di Kuching Sarawak pada tanggal 16-18 September 2000, Dewan Kesenian Kalimantan Selatan mementaskan Mamanda dan Baca Puisi.
Pameran lukisan yang bertema Rambah Rimba berlangsung di Hotel Istana Barito. Hasil lelang lukisan yang dipimpin oleh Drs.H.M.Hoesni Thamrin dari Banjarmasin Post disumbangkan kepada Panti Asuhan Sentosa, Almuddakir, Asbhabul Yamin, dan Muhammadiyah.
Dewan Kesenian Kalimantan Selatan pada tahun 1998 menyelenggarakan Pekan Kesenian Daerah menyambut Tahun Emas 50 Tahun Provinsi Kalimantan Selatan. Pada kesempatan itu dilaksanakan Workshop Seni yang melibatkan Pelajar dan Mahasiswa.
Dalam rangka pembinaan seniman penerus Dewan Kesenian mengadakan penampilan Dalang Cilik, Wirya Kusuma. Kegiatan itu dilakukan sebagai upaya kaderisasi.
Bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Tapin yang ke 20, Makkie yang pada waktu itu menjabat sebagai Bupati Tapin untuk pertama kalinya menggelar dan mempopulerkan kesenian musik panting yang dimainkan oleh seratus orang seniman dari Rantau. Musik tradisional itu tampil memukau dengan busana Adat Banjar membawakan lagu ciptaan H.A.Makkie yang berjudul Tapin Bastari yang diaransir oleh M.Thalhah dan lagu Delapan Sukses yang diaransir oleh Markabi.
TAPIN BASTARI
Tiga puluh November enam lima
Itulah hari jadi kabupaten kita.
Laksanakan otonomi secara nyata.
Untuk membangun Tapin tercinta.
Terimakasih para pendahulu.
Kami setia padamu.
Dengan semangat
Ruhui Rahayu Kami bertekad untuk terus maju.
Kita bina Banua sejahtera
Berkarya nyata membangun nusa dan bangsa
Adil makmur sentosa bahagia
Di bawah naungan Pancasila
Gawi Sabumi Bastari sabarataan
Berkat ridha Ilahi.
Mudahan sampai katujuan
Lawan dua restumu ya Tuhan.
DELAPAN SUKSES
Candi Laras di Margasari
Hutannya Lebat Bapuhun Galam
Marilah Kita Giat Bertani N’tuk
Meningkatkan Produksi Pangan.
Kambang Habang Salam Babaris.
Lahannya Subur Sepanjang Masa.
Kita Sukseskan Program Inpres.
Pembangunan Sampai Ke Kampung.
Di Pasar Binuang Bawarung Nasi.
Pintu Gerbangnya Banua Lima.
Kita Sukseskan Program Koperasi.
Negara Maju Rakyat Sejahtera.
Kampung Gadung di Bakarangan.
Bajalan Sampai Ka Garis Halat.
Mari Bersama Bergandeng Tangan.
Menuju Wujud Keluarga Sehat.
Kota Rantau di Tapin Utara.
Asal Mulanya Banua Ampat.
Pancasila Falsafah Bangsa.
Kita Budayakan Program P Ampat.
Pandahan Di Tapin Tengah.
Terkenal Dengan Seni Budaya
Marilah Kita Tertibkan tanah
Kita Dukung Program Agraria.
Dari Margasari Ke Tambarangan.
Singgah Dahulu Di Sungai Rutas.
Jika Kita Ingin Beruntung.
Mari Sukseskan Eksport Non Migas.
Dari Bundung Terus Ke Masta.
Terhampar Sawah Beribu Kampung.
Pemerintah Membina Wira Swasta.
Tempat Berusaha Mulai Merata.
Reff.
O. .Oh… Piani basiring Pitu…
Pohonnya Tinggi Ba baris-baris.
0… Oh… Mari Kita Selalu Bersatu.
Untuk Wujudkan Delapan Sukses.
Comments