AdvertorialKabupaten Tanah Bumbu

Pasar Internasional Minati Komoditas Baru Ini

0

Porang atau iles-iles merupakan tanaman pangan berjenis umbi-umbian, selain dapat dimakan, porang juga bisa dijual sebagai bahan pemanfaatan barang dengan meraup keuntungan besar pada minat pasar strata internasional, Senin (23/8).

Iles-iles atau porang adalah jenis tanaman dalam kategori anggota marga Amorphophallus. Porang sebagai komoditas baru yang nilai jual nya cukup menggiurkan. Tidak banyak masyarakat mengetahui tanaman tersebut dan masih sedikit jumlah petani porang.

Pada Kabupaten Tanah Bumbu sendiri, masih tergolong minim sekali jumlah Petani Porang, padahal di banding itu, satu hektar lahan dapat menghasilkan 10-20 ton porang, pada musim tanam pertama para petani dapat menghasilkan hingga kisaran 40 jt dalam jangka masa panen tergantung jenis biji porang yang ditanam.

Lumbung pasar internasional masih yang terbuka lebar, kesempatan dan nilai jual porang ini juga sangat besar tentunya.

Melalui, Robby Candra selaku Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Tanbu menyampaikan, tanaman porang ini masuk dalam golongan tanaman pangan, dimana saat ini porang mulai berkembang baik di wilayah Kab. Tanbu, sudah ada petani-petani di daerah ini sebagai pelaku pembudidaya porang.

Baik oleh Kementerian Pertanian Pusat maupun Dinas Pertanian Kab. Tanbu, terkait porang kini menjadi perhatian baru, meski masih dalam bentuk pengelolaan informasi dan tahap pembinaan untuk para petani porang, di samping itu juga masih belum adanya sebuah dukungan pemerintah melalui program.

“Kalau untuk Porang, termasuk salah satu usaha tanam yang menjanjikan guna meningkatkan kesejahteraan petani, ya bisa di bilang menguntungkan, meski di kita proses perdagangan porang masih melalui pengepul yang ada dan belum ada yang ekspor secara langsung ke mancanegara,” katanya.

Selain itu dirinya menyebutkan ada beberapa kendala yang masih menjadi diskusi hangat yaitu diantaranya terkait keterbatasan penyedia porang untuk di ekspor, sedangkan informasi terkait permintaan pada kouta pasar porang secara Internasional terus meningkat.

Kemudian secara teknis masih belum mapan karena belum adanya MOU (perjanjian kerjasama) antara Buyer (pembeli) dengan Produsen (orang/kelompok yang melakukan kegiatan produksi).

“Tanaman porang bisa terus berkembang kedepannya, baik untuk pembudidaya maupun produksinya, kalau porang tergantung dari jenisnya bijinya, jika biji katak untuk masa tanam bisa 1 hingga 2 tahun, sedangkan kalau Porang jenis umbi akan lebih singkat masa panennya diantara kisaran 6 hingga 8 bulan, untuk segi kualitas, porang kita termasuk bagus dan di terima,” ungkap Robby.

Dirinya berharap, semoga kedepannya Pemkab Tanbu, bisa mendukung peningkatan terkait porang, baik lewat para petani porang maupun dari segi kualitas produksi dan ekspor ke luar daerah melalui program nantinya.

Porang selain bisa di jadikan aneka olahan makanan, juga bisa di olah menjadi beras, shirataki, campuran produk kue, lem pesawat dan bahan kosmetik.

Yurham, selaku salah satu petani porang dari Gunung Tinggi menyampaikan untuk pembelian bibit dihargai perkilogram, ada beberapa jenis bibit yang bisa kita tanam seperti : biji katak,  umbi mini, spora, dan bibit polibekan.

“Untuk saat ini rekomendasi bibit yg paling bnyak orang tanam yaitu biji katak, dengan harga Rp.190,000 per kilo nya, untuk biji katak di usahakan size (ukuran) sesuai permintaan dari pelanggan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, jika porang ditanam dengan medan polybag masih bisa tumbuh asalkan menggunakan polibag berukuran besar karena porang akan melakukan pembesaran umbi di dalam polybag tersebut.

Sedangkan perawatan cukup dengan tanah, pupuk kandang dan obat jamur menggunakan kapur dolomit.

“Pada saat tanah dan pupuk kandang dimasukkan dalam polybag, itu kita siapkan duluan kapurnya,kemudian 1 bulan 1 kali cek perawatan, sehingga tetap terawat tanah dari polybag tersebut, begitu pula kalau biji porang di tanam di lahan juga perlu adanya dolomit untuk menetralisir kadar keasaman tanah dan mengantisipasi dari jamur,” pungkasnya.

Persiapan pembibitan untuk memasuki awal tahun ini menjadikan stok biji katak dan umbi sudah agak langka dicari, sedangkan dalam jangka waktunya itu ada yang 6-7 bulan mengikuti siklus iklim, ketika sudah memasuki musim kemarau maka pohonnya akan mengalami dorman maupun pembusukan dan mati sehingga untuk umbi sendiri sudah siap untuk di angkat. 

Disisi lain jika lahan tanam porang tergenangi air atau mudah banjir maka akan sulit untuk pertumbuhan porang.

“Saya berharap, mudahan kedepannya banyak pemuda daerah kita, juga memiliki terobosan-terobosan yang menunjang produktivitas,” tutupnya.

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You may also like

More in Advertorial