DaerahHiburan

Asal-Usul Desa Tungkaran

0

Desa Tungkaran merupakan salah satu dari sekian banyaknya desa yang ada di Kabupaten Banjar yang memiliki destinasi wisata religi berupa makam para Ulama, yang terletak di Kecamatan Martapura.

Selain itu, Desa Tungkaran dulunya sempat menjadi buah bibir di sejumlah kalangan masyarakat yang menyebut atau memberikan gelar “Tungkaran Mayat”, hingga berkembang isu di kalangan masyarakat yang mengartikan nama Tungkaran tersebut sebagai Keranda.

Namun saat dikonfirmasi akan kebenaran isu yang beredar tersebut, Pembakal Desa Tungkaran, Muhammad Salmani menyanggah akan pengartian ama dari Desa Tungkaran yang saat ini tengah dipimpinnya.

Pembakal Desa Tungkaran, M Salmani

Menurutnya, berdasarkan informasi yang diperolehnya dari para tokoh atau tetua yang ada di Desa Tungkaran, arti dari nama Tungkaran itu sendiri bukanlah Keranda, melainkan tempat untuk menambatkan perahu-perahu kecil pada zaman dulunya

“Tungkaran itu artinya bukan keranda, tapi tempat pangkalan perahu-perahu jukung pada zaman dahulu,” tegasnya

Salmani mengungkapkan memang di Desa-nya, terdapat begitu banyak makam-makam tak bertuan atau makam-makam tua yang tidak diketahui baik identitas maupun asal-usul pemilik makam tersebut.

“Memang di desa kami ini ada tempat pemakaman khusus bagi mayat yang identitasnya tidak diketahui dan pemakaman itu dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah,” jelasnya.

Terkait akan hal tersebut, Salmani mengungkapkan asal usul sebenarnya Desa Tungkaran sebelum menjadi Desa Tungkaran. Dulunya, Desa Tungkaran merupakan sebuah perkebunan karet milik masyarakat sekitar Desa Keramat. Namun seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan masyarakat, perkebunan karet tersebut menjadi perkampungan yang diberi nama Desa Tungkaran.

“Pada zaman dahulu, Desa Tungkaran masuk dalam daerah yang bernama Karang Tengah, atau yang sekarang disebut Cindai Alus. Jadi orang pada zaman dahulu yang punya lahan karet di Karang Tengah,” ujarnya

Kemudian, sambung Salmani, untuk menuju tempat ini perlu menggunakan perahu dan kemudian setelah menyadap karet mereka pulang membawa hasil sadapan mereka dalam perahu. Mereka menambatkan perahu berjejer dalam jumlah yang cukup besar.

“Nah tempat mereka menambatkan perahu ini disebut Tungkaran dalam bahasa Banjar menurut penuturan orang tua dulu. Lama kelamaan menjadi kampung tersendiri dengan nama Desa Tungkaran,” tuturnya.

Hingga kini, Desa Tungkaran yang kini memiliki luas kurang lebih 750 hektar dan berbatasan langsung dengan Desa Sungai Sipai, Desa Cindai Alus, Kampung Keramat, Pekauman dan Pesayangan memiliki sekitar 2000 jiwa, dengan delapan Rukun Tetangga (RT).

Muhammad Asfiani

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You may also like

More in Daerah